UTARAKLIK.COM – BUTUR, Sore itu mulai merayap di Desa Malalanda Kec Kulisusu. Di tempat pembakaran sederhana yang dindingnya beraroma kayu bakar, seorang ibu duduk bersila di depan tungku pemanggang.
Bara api menyala merah, mengipasi deretan ikan segar yang disusun rapi di atas bilah bambu. Asap tipis menari di udara, membawa aroma khas yang memancing selera siapa pun yang melintas.
Di desa ini, ikan asap bukan sekadar kuliner ia adalah identitas. Setiap sore hingga malam, aroma bakaran menjadi penanda bahwa warga bersiap memanjakan lidah para pembeli.
Harganya terjangkau, sehingga siapa saja bisa menikmati rasa gurih yang lahir dari perpaduan bumbu sederhana dan proses pengasapan yang sabar.
Ibu itu, dengan pakaian santai dan wajah yang setia mengawasi panggangan, seakan menjadi penjaga tradisi.
Tangannya sesekali membalik ikan, memastikan dagingnya matang merata, sementara bara terus dipelihara agar nyala tidak padam.
Bagi penduduk Malalanda, inilah momen yang menghangatkan: kerja yang tak sekadar menghasilkan rezeki, tetapi juga mewariskan rasa yang tak lekang oleh waktu.
Comment